Evolusi Senjata Kesehatan dari Masa ke Masa
Assalamualaikum readers,
Jika pada saat yang lalu kita berbicara hal “jorok”, seperti manusia memakan plasenta, mimin akan sedikit “meringankan” bincang-bincang kita seputar evidence based terbaru. Mimin akan mencoba berbagi kabar terbaru yang sedang hangat dikalangan anak UGM.
1. Mediskop – Medical Electronic Stetoskop
Dengar-dengar nih, anak UGM lagi-lagi menciptakan inovasi terbaru dibidang kesehatan. Anak-anak keperawatan fakultas kedokteran berkolaborasi dengan anak teknik elektro fakultas teknik ini menyebutnya dengan Mediskop (Medical Electronic Stetoskop), yang berfungsi sebagai alat perekam deteksi jantung. (Btw, jadi keingat film 3 idiots-hayo, udah pada nonton?)
Awalnya dari keluhan lalu berlanjut kesebuah penemuan.
Keluhan tersebut sampai ditelinga mereka, saat anak-anak Keperawatan ini melakukan praktik kebidanan mereka mengalami kesulitan dalam mengetahui suara abnormal dari pasien ataupun janin yang sedang dikandung ketika diperiksa.
Mediskop merupakan alat yang cukup berbeda dari alat turunannya, yaitu stetoskop manual. Stetoskop ini sedikit di “renovasi” sehingga bisa merekam suara detak jantung dan nafas pasiennya di bagian paru-paru. Bahkan pengembangannya sehingga bisa merekam suara jantung janin pada bu-mil (baca : Ibu Hamil).
Kelebihan Mediskop ini karena dapat merekam hasil pemeriksaan tersebut, sehingga dapat memudahkan para pekerja kesehatan dalam menegakkan diagnosa pasti karena hasil rekaman tersebut. Apalagi Mediskop tidak menghilangkan fungsi utama dari stetoskop manual.
Sebagai tambahan kelebihan dari Mediskop bagi para pelajar kesehatan, seperti bidan dan perawat dalam praktik lapangan yang selalu mengandalkan hasil pemeriksaan dokter dan boneka phantom. Sehingga para mahasiswa tidak mendapatkan ilmu pasti bagaimana suara kerja jantung dan paru-paru secara normal maupun abnormal. (*jadi ingat, kalau ingin tahu status pasien tiap dinas pagi hanya mengandalkan M.R pasien setelah dokter visite ataupun dengan bantuan Phantom ganteng dan cantik baik ketika ujian maupun praktek labor. #curhat.com)
Dengar-dengar juga nih, biaya yang mereka keluarkan dalam menciptakan Mediskop tidak terbilang mahal (baca : jika patungan). Sebesar 150 ribu rupiah yang keluar dari kantong mereka demi inovasi yang dapat digunakan oleh anak Ak-Per (Akademi Keperawatan) maupun Ak-bid (Akademi Kebidanan) dalam praktik lapangan.
Namun, penemuan tersebut masih harus terus dikembangkan dengan kelengkapan lainnya yang masih dirasa kurang oleh mereka.
Wah, kami akan tunggu hasil akhirnya sehingga bisa bermanfaat. Terimakasih kami ucapkan atas inovasinya yang mengagumkan.
2. ROMEO – Rompi Pijat Refleksi Oksitosin
Ada lagi nih, anak UGM emang gak pernah ada matinya dalam menemukan inovasi, terlebih dibidang kesehatan.
Perkenalkan, ROMEO (Rompi pijat refleksi oksitosin)!
Para dara cantik dari departemen kebidanan berkolaborasi dengan para arjuna departemen elektronika dan instrumentasi menciptakan alat inovasi ROMEO ini.
Awalnya dari keluhan lalu berlanjut menjadi penemuan. Namun, keluhan ini mungkin sebagian besar berasal dari sang pasien sendiri. Jika para anak Ak-Bid atau Ak-Per sedang dalam PKLnya di klinik, rumah bidan ataupun Rumah Sakit pasti sering mendengar keluhan,
“Kenapa bayinya tidak disusui, ibu?”.
Para ibu tersebut menjawab, “Air susunya tidak keluar”. 😡
Waduh, jika sudah begitu, laporan praktik para mahasiswi biasanya jadi galau. Kolom inisiasi dini bisa jadi dikosongin.
Namun, karena keluhan tersebutlah harus punya jawaban.
Prinsip kerja ROMEO versus pijatan oksitosin manual hampir sama loh guys! yaitu, tetap sama-sama memberikan tekanan pada titik-titik disepanjang tulang belakang dan memberikan efek relaksasi pada si ibu.
ROMEO dilengkapi oleh alat sensor infra merah yang berfungsi sebagai alat relaksasi dan motor DC sebagai penggerak bulatan-bulatan yang kerjanya secara melingkar. Jadi, mudah-mudahan ROMEO bisa menjadi jawaban atas keluhan ibu-ibu dalam memperlancar ASI-nya dan membantu para mahasiswi dalam menghindari kolom kosong inisiasi dininya.
Dan diharapan bagi semesta Indonesia agar angka kecukupan ASI eksklusif juga terpenuhi dan mencapai target.
Semoga ROMEO benar-benar menjadi ROMEO bagi para wanita-wanita tersebut.
3. Phantasi Oto – Phantom Dilatasi Serviks
Berikut ini adalah terobosan dari anak jurusan D-IV Kebidanan (sedikit bangga nih! Karena kecipratan titlenya, hehehe…).
Lagi-lagi kolaborasi anak kesehatan dan anak elektronika, solid deh! Mereka mengembangkan sistem pembelajaran pembukaan serviks atau yang dinamakan Phantasi Oto atau Phantom Dilatasi Serviks.
Keterbatasan phantom dilabor yang hanya memiliki satu phantom – satu dilatasi, masih dirasa kurang praktis karena sifatnya terpisah.
Bagaimana mungkin, dengan 10 dilatasi harus tersedia 10 phantom berbeda untuk melatih keterampilan mereka dalam VT (Vaginal Toucher).
Karena itu inovasi yang ditemukan antara kolaborasi dua sijoli didua bidang bertolak belakang ini melahirkan alat Phantasi Oto (Phantom Sepuluh Dilatasi Serviks Otomatis) yang dapat dirangkum dalam satu phantom namun dapat menjadi media pembelajaran keterampilan untuk sepuluh jenis pembukaan serviks.
Rangkaian alat yang berada didalam phantom ini menggabungkan antara phantom serviks dengan rangkaian elektronik dan mekanik. Dalam penggunaannya, Phantasi Oto memiliki dua mode manual sekuensial. Yaitu, push button dan auto direct option yang terangkum dalam aplikasi yang terinstal di smartphone.
Empat jempol deh, untuk mereka. Btw, sepertinya anak-anak cowok elektronika perlu diperhitungkan deh, selain menjadi teman kolaborasi inovasi, mungkin bisa jadi teman satu hati, hehehe… (Kidding guys, but you can think again)
Pustaka :
Keswara, Ratih. Mediskop, Alat Perekam Deteksi Jantung. 3 Februari 2017. www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=83&date=2016-06-14
Gloria. Mahasiswa UGM Mengembangkan Berbagai Inovasi Produk Kesehatan. 3 Februari2017.www.ugm.ac.id/id/berita/11929-mahasiswa.ugm.mengembangkan.berbagai.inovasi.produk.kesehatan
Komentar
Posting Komentar