Placentophagy : Memakan Placenta setelah melahirkan?


Seputar Karakteristik Placenta
        Placenta, merupakan alat yang sangat berperan dalam pertumbuhan janin selama didalam kandungan, tergantung fungsi dan keadaan baik buruknya placenta tersebut. Bisa dikatakan bahwa jiwa sang janin sangat bergantung dengan placenta yang berada didekatnya,
     Pada saat kehamilan, placenta akan mencapai bentuk lengkapnya saat usia kehamilan mendekati 16 minggu. Beberapa fungsi placenta sendiri adalah sebagai alat nutritive, yaitu penyalur nutrisi ibu ke janin. Alat pembuangan bagi janin dikarenakan fungsi hati, ginjal dan usus janin belum berfungsi dengan baik. Sebagai alat pernafasan janin. Untuk memproduksi beberapa hormon dan sebagai alat kekebalan tubuh yang bersifat pasif.


Praktik Placentophagy
        Sederet artis ternama baik luar negeri maupun Indonesia sudah memulai praktik placentophagy. Seperti Janury Jones yang berperan sebagai Emma Frost di film X-Men First Class, Kourtney Kadarshian yang merupakan kakak kandung Kim kadarshian dan Alicia Silverstone yang memerankan Batgirl dan film Batman and Robin. Mereka mengaku mengkonsumsi placenta dalam bentuk pil. Begitupun dengan Kim Kadarshian.  Kim Kardahian yang merupakan isteri dari Kenye West yang juga merupakan artis Hollywood mengaku mengkonsumsi placentanya sendiri setelah melahirkan anak keduanya, Saint West. Ini adalah kali keduanya ia mengkonsumsi placentanya setelah melahirkan. Ia mengkonsumsinya dengan membuatnya menjadi pil dan mengaku setelah mengkonsumsinya memberikan dampak positif bagi dirinya.
       Apakah Placentophagy memang dikonsumsi hanya dalam bentuk pil? Tidak juga, beberapa diantaranya bahkan ada yang membuatnya sebagai smoothie, steak ataupun dimakan mentah.
      Salah satunya artis yang berasal dari negeri sendiri. Widi Mulia mewakili kabar tersebut. Widi yang merupakan salah satu personel grup Be-3 ini, ditawarkan oleh Bidan yang menangani proses kelahirannya untuk mengkonsumsi placentanya anaknya yang baru ia lahirkan. Ia menyebutkan bahwa mengkonsumsi placentanya secara mentah dari sepotong placentanya. Ia menyebutkan pemulihan pasca-lahirannya terasa lebih cepat walaupun ia tidak dapat memastikan jika hal tersebut berkat Placentophagy yang ia lakukan.


Sejarah Placentophagy

            Penelitian pertama tentang praktik memakan placenta setelah melahirkan dimulai sejak tahun 1970-an, saat itu diyakini bahwa orang Amerika adalah orang pertama yang melakukan praktik tersebut. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa praktik memakan placenta (meskipun placenta yang sudah dikeringkan) digunakan dalam pengobatan Cina.
         Sekitar 19 persen wanita di Amerika Serikat mengalami stress setelah melahirkan, menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS, Placentophagy diyakini untuk meringankan kelelahan dan kecemasan dalam periode pasca-lahir yang penuh gejolak. Disamping itu, placentophagy juga memiliki manfaat lainnya seperti mengurangi rasa sakit pasca-lahir, meningkatkan zat besi tubuh, meningkatkan energy, membantu produksi ASI serta mempererat ikatan ibu dan bayi.

Beberapa Cerita Mereka Seputar Placentophagy

           Menurut Claudia Booker,  placenta adalah organ yang menyediakan nutrisi, oksigen dan hormon bagi si janin didalam kandungan, maka dari itu placenta juga mampu mengembalikan kebugaran tubuh dengan vitamin, mineral dan hormone. Bahkan Caludia Booker yang merupakan Bidan yang biasa memproses dan menyiapkan placenta untuk dijadikan pil yang bisa bertahan beberapa minggu,  ia dapat menjual 3,5 juta rupiah per pak atau 270 US dollar.
          Bahkan trend memakan placenta itu dibuat sedemikian rupa, seperti yang dilakukan oleh Catherine, seorang ibu dari bayi usia 7 bulan, ia bahkan mencampur placenta yang dipotong-potongnya dengan susu almond, madu dan blueberry kemudian dibuat smoothie.
            Cara lainnya adalah dengan mengkonsumsinya setelah diolah terlebih dahulu, pengolahannya dimulai dengan memotong-motong placenta lalu mengeringkannya, kemudian memasukkan kedalam mesin penggiling kopi sehingga menghasilkan tekstur yang halus lalu dimasukkan kedalam pil.

The Imitator of Placentophagy
         Praktik memakan placenta sendiri sudah dipraktikkan sejak lama didalam dunia fauna, salah satu contohnya psikolog Mark Kristal dari University at Buffalo menemukan bahwa tikus mengalami sedikit rasa sakit dalam periode pasca-melahirkan jika mereka makan placenta mereka.
     Tetapi kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa manfaat untuk manusia mengkonsumsi plasenta bayi tidak memenuhi standar yang dapat diterima ilmiah, sebagian besarnya adalah bukti anekdot (bukti yang tidak bisa di verifikasi).
        Jika ibu-ibu yang mengikuti trend memakan placentanya sendiri, maka di dunia fauna memiliki alasan tersendiri mengapa mereka melakukan tindakan Placentophagy, action ini dilakukan dikalangan mamalia, walaupun tidak memiliki jawaban pasti mengenai hal tersebut, namun teori-teori menarik ini mungkin memberikan sedikit jawaban penasaran atas trend yang sedang terjadi.
            Jika anda meyakini placenta kaya akan nutrisi yang dibutuhkan sang induk untuk pemulihan diri dari penderitaan melahirkan dan mendukung untuk produksi susu untuk menyusui anaknya. Beberapa mammalian akan mengalami puasa 24 jam terakhir dimasa kehamilannya, yang menjadikan alasan mengapa sang mamalia sangat membutuhkan makanan pada saat itu.
          Teori lainnya adalah ketika binatang memakan placentanya sendiri adalah untuk menghapus tanda-tanda kelahiran dan pemangsa hewan liar, namun teori ini melemah dengan teori lainnya bahwa para hewan pemangsa yang bahkan berada dirantai makanan teratas juga melakukan placentophagy.
           
Penelitian Untuk Efek Placetophagy
            Dalam jurnal penelitian Archives of Woman’s Mental Health, mempelajari 10 studi yang terkait praktik Placentophagy. Hasil yang ditunjukkan dalam penelitian tersebut tidak ada bukti bahwa memakan placenta memberi manfaat untuk kesehatan, bahkan sebaliknya akan memberikan efek racun bagi yang mengkonsumsinya.
             Placenta yang memiliki fungsi utama sebagai penyaring untuk menyerap dan melindungi janin yang berkembang dari racun dan bahan pencemar, karena itulah masih adanya bakteri ataupun virus masih bisa berada didalam jaringan placenta setelah ibu melahirkan.
           Pembuktian lainnya terhadap pengaruh komsumsi placenta terhadap tingkat kadar zat besi pada tubuh ibu dilakukan oleh antropolog medis di University of Nevada Las Vegas (UNKV), dengan merekrut 23 ibu hamil dan setelah melahirkan, ibu hamil tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang mengkonsumsi pil placenta dan kelompok kedua mengkomsumsi pil placebo (berisi daging sapi terhidrasi), setiap hari selama tiga minggu. Para ibu tersebut juga sudah menjalani tes darah sebelum dan sesudah melahirkan, serat pada minggu pertama dan ketiga pasca – lahir.
          Penjelasan yang mungkin cocok adalah karena placenta mengandung sejumlah zat kimia yang bermanfaat. Placenta yang mengandung hormon prostaglandin dalam jumlah tinggi yang membantu rahim kembali kebentuk semula. Sedangkan hormon oksitosin yang dikandung placenta untuk memicu produksi air susu, disamping itu placenta juga mengandung zat penawar rasa sakit yang dikenal dengan nama placental opioid – enchancing  factor (POEF). Dengan teori ini, diyakini bahwa memakan placenta  bisa membantu mencegah depresi pasca – lahir. Tetapi kembali lagi, bahwa landasan ilmiah untuk teori tersebut belum ada.
               Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan kadar zat besi pada kedua kelompok wanita yang tersebut. Laporan penelitian terbaru dari tahun 2015 tidak menemukan data apapun yang mendukung bahwa mengkonsumsi placenta dapat melindungi ibu dari depresi pasca-lahiran, rasa sakit pasca-lahiran dan kekurangan zat besi. Juga tidak ada bukti bahwa praktik placentophagy membantu meningkatkan energy, produksi ASI, ikatan ibu-anak ataupun elastisitas kulit.
              Para peneliti justru menemukan bahwa memakan placenta dapat menyebabkan infeksi, terutama jika tidak diproses dengan baik pasca-lahiran.

Lalu, apa kata dunia islam tentang placentophagy?
        Hukum asalnya, diharamkan untuk menggunakan placenta dengan tujuan kosmetika dan pengobatan. Ini dikarenakan, placenta merupakan bagian dari sesuatu yang dimuliakan dan manusia itu sendiri adalah mahluk yang dimuliakan oleh Allah SWT.
            “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”. (Q.S Al Isra’ : 70)
           
       Sedangkan dalam rapat Pleno Komisi Fatwa MUI pada hari Rabu tanggal 20 Juli 2011 telah ditetapkan bahwa pemanfaatan plasenta hewan untuk tujuan pengobatan dan kosmetika hukumnya adalah Halal, dengan catatan plasenta tersebut berasal dari hewan yang halal pula. Untuk penggunaan plasenta manusia, para ulama MUI sepakat bahwa hukumnya adalah Haram. Dengan kaidah yang tegas.
       Jikapun dalam tujuan pengobatan dikarenakan tidak adanya pengganti dari bahan yang akan digunakan placenta tersebut, maka diperbolehkan untuk tujuan pengobatan. Tapi tidak untuk kosmetik karena alasan darurat.
        Lalu bagaimana dengan perdagangan placenta baik dengan pil maupun bentuk lainnya? 
      Menjual belikan plasenta yang termasuk kepada bagian tubuh manusia sama saja dengan melecehkan ciptaan Allah SWT karena telah memuliakan umat manusia, baik manusia tersebut yang meyakini islam sebagai agamanya maupun yang bukan, Allah SWT tetap memuliakan manusia tersebut. jikapun tujuan penggunaan placenta secara darurat sebagai bahan pengobatan baiknya diberikan dengan cuma-Cuma tanpa menerima harga dari placenta tersebut.
      Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap fenomena placentophagy
     Karena manusia adalah mahluk yang dimuliakan oleh Allah SWT dan itulah karunia yang berasal dari-Nya, bagian tubuh  kita seperti placenta ada baiknya tidak digunakan untuk obat, kosmetik dan bahan cloning.




Pustaka :
BBC Indonesia. “Menelaah Manfaat Menyantap Ari-ari bayi”.  27 January 2017. www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150605_iptek_plasenta_makan

Dream Muslim Lifestyle. Astaga! Seleb Hollywood Kini Keranjingan Makan Ari-ari Bayi. 24 Februari 2015. www.dream.co.id/showbiz/seleb-hollywood-kini-keranjingan-makan-ari-ari-1502231.html      

Fauziah, Lutfi. “Benarkah Makan Placenta Dapat Meningkatkan Kadar Zat Besi?”. 27 January 2017. www.nationalgeographic.co.id/berita/2016/11/benarkah-makan-placenta-dapat-meningkatkan-kadar-zat-besi.      

Nurul, Meiristica. “Usai Melahirkan, Kim Kadarhian Makan Plasenta Sendiri”. 28 January 2017. www.liputan6.com/showbiz/read/2390059/usai-melahirkan-kim-kadarhian-makan-plasenta-sendiri.

Unik Menarik. Setelah Melahirkan, Mengapa Banyak Mamalia Memakan Plasentanya?. 19 November 2014. www.unikterbaru.wordpress.com/2014/11/19/setelah-melahirkan-mengapa-banyak-mamalia-memakan-plasentanya/

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. (2011). “Fatwa Tentang Penggunaan Plasenta Hewan Halal Untuk Bahan Kosmetika dan Obat Luar. Jakarta : MUI


Komentar

Postingan Populer